Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu
proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara
keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan
perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :
- Ke-efektif-an
dan efisiensi operasional perusahaan
- Pelaporan
Keuangan yang handal
- Kepatuhan
terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan
efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai,
yaitu dengan kondisi :
a.
Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan,
dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga
kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
b.
Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang
meliputi laporan segmen maupun interim.
c.
Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati dan
dipatuhi dengan semestinya.
Definisi lain tentang struktur pengendalian intern adalah
suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan
alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan
untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya
pengendalian intern :
- Menjaga kekayaan organisasi.
- Memeriksa ketelitian dan kebenaran
data akuntansi.
- Mendorong efisiensi.
- Mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen.
Dilihat
dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua
yaitu Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls) dan
Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls).
Pengendalian
Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah
menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh :
adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.
Sedangkan pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen.(dikerjakan setelah
adanya pengendalian akuntansi) Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari
penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.